Minggu, 02 September 2012

To Live Is To Die

The Life and Death of Metallica's Cliff Burton
Rolling Stones Edisi 63 METAL SPECIAL
Juli 2010


   Apa yang kira-kira akan terjadi kini jika Metallica tidak kehilangan pemain bass fenomenal mereka, Cliff Burton, dalam sebuah kecelakaan bis dalam perjalanan tur di Swedia ? Sebuah pertanyaan besar dalam sejarah musik, terutama musik heavy metal, yang tidak akan pernah terjawab. Joel McIver kembali menuliskan sebuah biografi setelah beberapa tahun lalu menerbitkan buku Justice For All : The Truth About Metallica, tapi kini lebih fokus kepada kehidupan sehari-hari dan karier Burton.
   Sebagai buku biografi, To Life Is To Die : The Story Of Metallica's Cliff Burton cukup unik, tidak banyak bahan yang bersumber dari Burton, karena Lars Ulrich dan James Hetfield adalah para personel yang banyak berbicara dengan pers. Burton mempunyai dokumen wawancara, tapi rata-rata tidak jauh berbeda dengan apa yang sudah dijawab dan dijelaskan oleh Ulrich dan Hetfield. Banyak narasumber yang diwawancarai di sini, seperti teman-teman dekat Burton semasa dia masih bersekolah dan mulai bermain musik, sementara wawancara dengan orang tua Burton diambil dari beberapa wawancara yang dilakukan tak lama setelah Burton meninggal (ibunda Burton, Jan Burton, meninggal di tahun 2003). salah satu wawancara adalah dengan Corinne Lynn, pacar Burton, pada masa sebelum dia meninggal dan beberapa temannya semasa Burton masih mencari jati diri, juga Jorgen Holmstedt, jurnalis Swedia yang terakhir mewawancara Cliff Burton. McIver menggunakan wawancara-wawancara yang pernah dilakukan sebelumnya dengan para personel Metallica sebagai sumber penulisannya.  Lainnya adalah wawancara dengan banyak musisi tentang pengaruh permainan Burton yang disumbangkan untuk musik Heavy Metal.
   salah satu hal yang menarik dalam buku ini adalah bagaimana seorang Cliff Burton yang seorang virtuoso, dengan kepandainnya dalam hal teknik sebagai musisi akhirnya membentuk cara penulisan lagu Metallica menjadi lebih pintar dan rumit, sebuah pengaruh yang kuat yang berlanjut hingga hari ini (Ulrich dan Hetfield pada dasarnya diajarkan bermusik dari Burton yang paham membaca not balok dan memiliki wawasan musik yang sangat luas). McIver juga juga menjabarkan beberapa teknik musik dan permaina bass dengan bahasa yang cukup mudah dimengerti.
   setelah membaca buku ini, mungkin kemudian akan tercetus pemikiran bahwa Metallica ikut mati bersama kematian seorang Cliff Burtonpada tahun 1986. Black Album bisa jadi adalah album yang membawa Metallica menjadi nomer satu di dunia, sementara And Justice For All masih dibayangi oleh pengaruh Burton dalam penulisan lagu. Tapi kalau kita dengan jeli menyusuri kembali musikalita Metallica, pada akhirnya memang karya-karya awal dengan Burton-lah yang membuat Metallica layak disebut sebagai band metal paling besar.   ARIAN13



  Resensi yang luar biasa dari majalah RolingStone ya kan, udah resensi masih aja dikomentari hahahaha, gak apalah toh intinya juga mendukung kok. Mungkin beberapa orang memang belum tau siapa itu Cliff Burton (Clifford Lee Burton) tapi beberapa orang di dunia ini bener-bener mengagungkan musisi yang satu ini dan saya juga salah satunya. Karya-karyanya luar biasa, Cliff bermain untuk band Trash Metal asal America yakni Metallica, band metal terbesar sampai sekarang, hahaha, mungkin sampai pada taraf bisa hidup walau cuma ngandalkan penjualan album. Bermain bersama Metallica sampai album ketiga mereka. Tiga album pertama Metallica, menurut saya adalah yang paling berkesan, musik dan soundnya bener-bener Thrash Metal dan lagu-lagunya luar biasa untuk dinikmati. Album pertama Kill 'Em All serasa jadi pintu gerbang untuk musik Thrash metal, lagunya bener-bener baru, segar dan pasti lengket di memori tiap metalhead. Album ini juga album yang paling sering saya putar di playlist, pokoknya seperti sampah yang lebih berharga dari emas, hahaha intinya ya susah dijelasin, seru dan yang terbaik menurut saya. Album kedua Ride The Lightning juga luar biasa, sebuah fase yang lebih matang di musik-musiknya, semuanya benar-benar on the next level. Selanjutnya Master Of Puppet, album yang benar-benar fenomenal, sebuah supremasi untuk metal, tanpa video, begitu banyak prestasi, dan tidak perlu ditanyakan lagi soal kualitasnya. 
   Sebagai bukti misalnya pada konser-konser Metallica, lagu di album-album pertama tersebut benar-benar membuat beribu-ribu metalhead sing along walaupun susah untuk menirukan gaya sang vokalis James Hetfield. Konser di Seattle tahun 1989 adalah Live yang luar biasa menurut saya (gak ikutan nonton si.., belum lahir, jadi cuma nonton full videonya), walaupun saat itu sudah gak ada lagi Cliff Burton (posisi bass sudah diisi oleh Jason Newsted), di konser itu lagu-lagu dari tiga album pertama Metallica benar-benar membuat semua metalhead siap mati, lagunya disampaikan dengan luar biasa. Mungkin memang masa-masa itu adalah masa paling liar dan ganas untuk Metallica dan jujur saya semakin tidak bisa membayangkan jika di konser itu masih tampil seorang Cliff Burton. Sampai sekarang nonton konser live Metallica menjadi salah satu impian di hidup saya, semoga kelak saya bisa hadir dan berkumpul bersama headbanger di seluruh dunia untuk Metallica.


"CONTROL YOUR LIFE THROUGH INSANITY"
Cliff Burton


Tidak ada komentar:

Posting Komentar